Assalammu’alaikum semuanya,
apa kabar kalian semua pembaca blog ku? Mudah-mudahan dalam keadaan sehat
wal’afiat ya? Aamiin…
Jadi, sekarang nggak kerasa
ini udah tahun 2018 ya? Malah udah bulan kedua aja, bulan Februari, bulan
kelahiranku di puncak musim hujan. Yahh.. seperti kondisi cuaca di Riau ini,
masih sering hujan.
Di tempat kalian masih sering
hujan juga? Atau malah lagi puncak-puncaknya? Mudah-mudahan nggak banjir ya!
Dan jangan lupa jaga kesehatan, biar nggak jatuh sakit kayak aku. Iya aku baru
aja sembuh dari sakit flu.
Btw di awal tahun ini aku mau
cerita. Jadi aku membuat beberapa perubahan. Atau mungkin tepatnya keputusan
untuk membuat perubahan dalam hidupku ini (ceilahhh!)
Jadi keputusanku yang pertama
adalah menon-aktifkan akun Facebookku untuk sementara waktu. Hal ini kulakukan
demi kebaikanku sendiri, biar nyaman dan tenang. Soalnya aku capek dengan
segala hal negatif yang berseliweran di Facebook, macam berita hoaxlah, bait,
provokasi, keluh kesahlah, dll.
Aku sendiri nggak ada masalah
di Facebook, selain dari dari sikapku sendiri yang kadang agak lebai. Oke itu
bukan masalah utamanya. Aku tuh Cuma lelah aja dengan semua sampah dan fake friend di Facebook. Memang nggak
semuanya isi Facebook hal-hal negatif, tapi kebanyakan yang aku temui hal-hal
‘itu’ sehingga aku jadi males buka Facebook.
Keputusanku yang kedua lebih
besar lagi dari keputusan yang pertama. Besar banget malah! Bisa dibilang ini
adalah keputusan besar kedua yang aku ambil dalam hidupku, setelah aku
memutuskan untuk ikut pelatihan berasrama di Solo selama setahun. Jauh dari
rumah, hidup mandiri dan nggak ketemu orang tua selama setahun. Ini akan
merubah total hidupku ke depannya seperti halnya dengan pelatihan yang aku
ikuti di tahun 2014 ini.
Sebesar apa keputusannya?
Ibaratnya kalian udah kuliah
selama bertahun-tahun, udah semester 7. Tinggal jalani aja satu semester lagi
kalian bakal lulus dan diwisuda. Tinggal selangkah lagi dan kalian memutuskan
untuk berhenti kuliah.
Mungkin orang akan mengatakan
keputusan yang kalian ambil ini sangat besar, beresiko, atau malahan berbahaya!
Sehingga orang bakal nge’bego-bego-in’ kalian, kecewa dan menyayangkan
keputusan yang kalian ambil. Terutama untuk orang-orang yang mendukung kalian.
Namun kalian tahu persis apa
yang kalian butuhkan, kalian tahu resiko akan keputusan kalian, kalian yang
memutuskan dan kalian yang menjalani karena hidup adalah hidup milik kalian.
Bukan orang yang menjalani. Kalian yang merasakan, kalian yang menikmati, dan
kalian yang bertanggung jawab atas kehidupan kalian.
Kurang lebih itulah yang aku
rasakan saat ini. Aku punya alasan tersendiri untuk mengambil keputusan itu. Alasan
pribadi yang nggak bisa aku ungkapkan di sini. Untungnya orang-orang yang
peduli sama aku, yakni orang tuaku my
lovely family mendukung keputusan yang aku ambil walaupun ayah agak
keberatan. Hehehe.
Aku tahu benar keputusan yang
aku ambil ini. Aku tahu konsekuensinya dan dampaknya pada hidupku ke depannya.
Aku udah menimbang-nimbang keputusan ini, baik-buruknya buatku. Aku merasa
kalau keputusan ini nggak aku ambil, aku merasa nggak bahagia dan hidup dalam
kepalsuan. Seperti yang aku lakukan di tahun 2014. Pilih nganggur di rumah?
atau ikut pelatihan keterampilan menjahit selama setahun di luar kota? Sesimpel
itu.
Mungkin kalau kalian
mendengar keputusan yang aku ambil ini, apalagi mengingat aku seorang
penyandang disabilitas daksa Muscular
Distrophy. Kalian mungkin akan ngebego-begoin keputusanku. Tapi aku punya
alasan yang kuat untuk itu.
Jadi ketimbang hidup terbatas
dalam zona yang nyaman, aku memilih jalan yang menantang tapi tak terbatas. Aku
bisa mengembangkan diriku lebih baik lagi dan aku bisa mengeksplorasi lebih
luas. Out of the box! Nggak terkurung
dalam kotak zona nyaman semata. Aku sudah dewasa dan bisa bertanggung jawab
pada diriku sendiri. Aku berhak menentukan jalanku sendiri.
My life, my adventure