Sabtu, 03 Februari 2018

keputusanku di awal tahun

Assalammu’alaikum semuanya, apa kabar kalian semua pembaca blog ku? Mudah-mudahan dalam keadaan sehat wal’afiat ya? Aamiin…
Jadi, sekarang nggak kerasa ini udah tahun 2018 ya? Malah udah bulan kedua aja, bulan Februari, bulan kelahiranku di puncak musim hujan. Yahh.. seperti kondisi cuaca di Riau ini, masih sering hujan.
Di tempat kalian masih sering hujan juga? Atau malah lagi puncak-puncaknya? Mudah-mudahan nggak banjir ya! Dan jangan lupa jaga kesehatan, biar nggak jatuh sakit kayak aku. Iya aku baru aja sembuh dari sakit flu.
Btw di awal tahun ini aku mau cerita. Jadi aku membuat beberapa perubahan. Atau mungkin tepatnya keputusan untuk membuat perubahan dalam hidupku ini (ceilahhh!)
Jadi keputusanku yang pertama adalah menon-aktifkan akun Facebookku untuk sementara waktu. Hal ini kulakukan demi kebaikanku sendiri, biar nyaman dan tenang. Soalnya aku capek dengan segala hal negatif yang berseliweran di Facebook, macam berita hoaxlah, bait, provokasi, keluh kesahlah, dll.
Aku sendiri nggak ada masalah di Facebook, selain dari dari sikapku sendiri yang kadang agak lebai. Oke itu bukan masalah utamanya. Aku tuh Cuma lelah aja dengan semua sampah dan fake friend di Facebook. Memang nggak semuanya isi Facebook hal-hal negatif, tapi kebanyakan yang aku temui hal-hal ‘itu’ sehingga aku jadi males buka Facebook.
Keputusanku yang kedua lebih besar lagi dari keputusan yang pertama. Besar banget malah! Bisa dibilang ini adalah keputusan besar kedua yang aku ambil dalam hidupku, setelah aku memutuskan untuk ikut pelatihan berasrama di Solo selama setahun. Jauh dari rumah, hidup mandiri dan nggak ketemu orang tua selama setahun. Ini akan merubah total hidupku ke depannya seperti halnya dengan pelatihan yang aku ikuti di tahun 2014 ini.
Sebesar apa keputusannya?
Ibaratnya kalian udah kuliah selama bertahun-tahun, udah semester 7. Tinggal jalani aja satu semester lagi kalian bakal lulus dan diwisuda. Tinggal selangkah lagi dan kalian memutuskan untuk berhenti kuliah.
Mungkin orang akan mengatakan keputusan yang kalian ambil ini sangat besar, beresiko, atau malahan berbahaya! Sehingga orang bakal nge’bego-bego-in’ kalian, kecewa dan menyayangkan keputusan yang kalian ambil. Terutama untuk orang-orang yang mendukung kalian.
Namun kalian tahu persis apa yang kalian butuhkan, kalian tahu resiko akan keputusan kalian, kalian yang memutuskan dan kalian yang menjalani karena hidup adalah hidup milik kalian. Bukan orang yang menjalani. Kalian yang merasakan, kalian yang menikmati, dan kalian yang bertanggung jawab atas kehidupan kalian.
Kurang lebih itulah yang aku rasakan saat ini. Aku punya alasan tersendiri untuk mengambil keputusan itu. Alasan pribadi yang nggak bisa aku ungkapkan di sini. Untungnya orang-orang yang peduli sama aku, yakni orang tuaku my lovely family mendukung keputusan yang aku ambil walaupun ayah agak keberatan. Hehehe.
Aku tahu benar keputusan yang aku ambil ini. Aku tahu konsekuensinya dan dampaknya pada hidupku ke depannya. Aku udah menimbang-nimbang keputusan ini, baik-buruknya buatku. Aku merasa kalau keputusan ini nggak aku ambil, aku merasa nggak bahagia dan hidup dalam kepalsuan. Seperti yang aku lakukan di tahun 2014. Pilih nganggur di rumah? atau ikut pelatihan keterampilan menjahit selama setahun di luar kota? Sesimpel itu.
Mungkin kalau kalian mendengar keputusan yang aku ambil ini, apalagi mengingat aku seorang penyandang disabilitas daksa Muscular Distrophy. Kalian mungkin akan ngebego-begoin keputusanku. Tapi aku punya alasan yang kuat untuk itu.
Jadi ketimbang hidup terbatas dalam zona yang nyaman, aku memilih jalan yang menantang tapi tak terbatas. Aku bisa mengembangkan diriku lebih baik lagi dan aku bisa mengeksplorasi lebih luas. Out of the box! Nggak terkurung dalam kotak zona nyaman semata. Aku sudah dewasa dan bisa bertanggung jawab pada diriku sendiri. Aku berhak menentukan jalanku sendiri.


My life, my adventure