Aku
kelas 3 SD ketika orangtuaku membelikan sepatu Pro ATT ukuran 38 warna hitam.
Sebuah ukuran yang kebesaran untuk anak 9 tahun, harga sepatu itu cukup mahal, namun
keluargaku masih mampu membelinya karena saat itu kami masih punya toko. Oleh
karena itu orang tuaku membelikan sepatu yang ukurannya lebih besar dari ukuran
kakiku yang sebenarnya agar bisa kupakai terus hingga beberapa tahun mendatang,
sebuah investasi sederhana yang sangat membantu.
Meski
sepatu baru itu bagus dan bermerk terkenal, aku tidak mengenakan sepatu itu
karena kebesaran hingga harus disumpal kertas, maka aku memilih sepatu lamaku
yang harganya sangat murah, sepasang sepatu berujung bulat yang modelnya
seperti sepatu balet tapi harus diganti setiap beberapa bulan karena
pertumbuhanku cepat.
Selain memakai sepatu balet itu, kadang-kadang
aku memakai sepatu-sandal. Saat itu merupakan hal yang wajar jika murid SD
memakai sepatu-sandal ke sekolah terutama pada hari Sabtu.
Maka,
orang tuaku berinisiatif membelikanku sepasang sepatu baru bertali yang
ukurannya pas di kakiku dan sangat nyaman hingga aku leluasa bergerak.
Sayangnya sepatu itu memiliki sol yang tipis dan cepat halus sehingga aku
sering terpeleset, dengan berat hati sepatu bertali itu aku simpan, hanya
kupakai sesekali jika sepatu Pro ATT belum kering.
Selanjutnya
aku selalu memakai sepatu itu ke sekolah. Seringkali aku terlambat ke sekolah
karena aku lupa memasang tali sepatu itu setelah aku cuci. Pernah ada peristiwa
lucu ketika aku terlambat ke sekolah saat kelas 1 SMP, aku begitu tergesa-gesa
hingga terjatuh karena menginjak tali sepatuku sendiri. Aku jatuh tersungkur
seperti orang pingsan, kebetulan saat itu sedang agak ramai dan ibu kantin yang
lewat di depanku benar-benar mengira aku pingsan karena aku diam saja setelah
terjatuh, padahal aku sedang merutuki nasib sialku. Aku di gotong ke UKS. Aku
diam saja karena kebingungan. Aku berharap mereka tidak memberitahu orang tuaku
karena aku takut mereka marah jika tahu aku terlambat, tapi nyatanya mereka
memanggil ibuku. Rumahku memang sangat dekat dengan sekolah, bahkan yang
terdekat diantara murid-murid lainnya aku tinggal tepat dibelakang sekolah. Aku
malu sekali, rumah dekat tapi sering terlambat.
Dari
kejadian itulah aku mengubah cara mengikat tali sepatuku, cara ini diajarkan
oleh bibiku, sangat praktis karena cara
ini menjadikan sepatu mudah dipasang atau dilepas dan anti terserimpet karena
tak ada tali yang menjuntai keluar sebab ujung tali berada di dalam,
kelemahannya karena talinya kupasang longgar, saat berjalan sepatu bagian
tumitnya sering turun, jadi jika ada orang
yang menginjak bagian tumit aku akan mudah terjatuh oleh karena itu aku
harus memasangnya dengan kekencangan tali yang pas agar aku tidak terjatuh.
Tetapi cara ini betul-betul memudahkanku dalam beraktivitas disekolah.
Sepatu
itu terus menemaniku selama tahun-tahunku disekolah, sepatu itu juga
berkali-kali di lem, pernah di jahit solnya sekali, tapi jarang kucuci, hehehe,
sepatu iitu juga pernah kemasukan kecoa, saat itu aku kelas 2 SMP tahun 2007,
aku berusia 14 tahun dan merasakan ada yang mengganjal kakiku, saat kulepas ketika
pulang sekolah ternyata kecoa!tapi sudah mati, rupanya karena sepatunya lembab
dan tidak aku tutup dengan kaos kaki kecoa mudah masuk ke dalamnya, untungnya
tak ada temanku yang tahu. Lain ceritanya kalau mereka tahu pasti aku di cap
jorok. Aku tidak takut kecoa jadi setelah bangkai kecoa itu aku buang,
sepatunya aku pakai lagi.
Aku
senang memakai sepatu itu dan sering kupakai ke sekolah, tentu saja karena
hanya itu sepatu yang kupunya, sepatu ini awet sekali aku takjub juga dengan
keawetan sepatu ini, tak pernah rusak atau pudar, jadi aku tidak pernah membeli
sepatu baru bahkan hingga SMA.
Sepertinya
itu adalah hikmah dibalik masa sulit ini, seolah-olah sepatu ini berterimakasih
padaku karena aku sering memakainya,
merawatnya dengan baik (meski pernah kemasukan kecoa) dan menganggapnya
seperti teman baik, kuberi nama dia KUROSHOES
(sepatu hitam), buktinya sepatu ini seperti menyesuaikan ukurannya dengan
kakiku, hingga kini sepatu ini selalu
longgar saat kupakai, itu juga karena kakiku jadi kecil.
Hingga
aku kelas 3 SMA semester 2 aku masih bersama teman terbaikku, Kuroshoes. Kuro
sudah berusaha melakukan yang terbaik, tetapi pada bulan Februari 2012, solnya
menganga di bagian belakang sepatu sebelah kanan. Saat itu merupakan hari
terakhir kegiatan belajar mengajar sebelum Try Out dan Ujian Nasional, aku tahu
saat itu kuro sedang sakit (rusak) tapi karena saat itu ada pelajaran olahraga,
aku terpaksa memakainya. Saat itu aku sudah punya sepatu lain bernama BLACK
STRAWBERY yang dihadiahkan bibiku sebagai hadiah tahun baru. Sepatuku
yang baru ini seperti sepatu baletku saat SD, tapi lebih awet dan tampak cocok
sekali dipakai anak perempuan, terlihat manis sekali karena itu kunamakan
strawbery. Tapi jika bukan karena Kuroshoes yang rusak aku takkan memakainya
karena ukurannya terlalu pas di kakiku sehingga jika di pakai langsung, bagian
tumitnya tidak masuk, harus dibantu dengan tangan. Tidak praktis.
Sebetulnya
Kuro bisa diobati (dibetulkan) dengan lem yang kuat, tetapi lemnya habis
setelah dipinjam tetangga, jadi posisi Kuro digantikan dengan Bery. Meskipun
dia merupakan sepatu yang amat pasaran (di kelasku ada 2 anak lain yang memakai
merek serupa), Bery tak kalah nyaman dengan Kuro, kalau cara memakainya benar,
maka tumit bisa langsung masuk tanpa dibantu tangan. Tetapi kini karena aku
sudah lulus mereka tidak aku pakai lagi, bahkan hingga kini Kuro masih belum
dilem bukan karena tidak ada uang, tetapi karena aku sudah lulus, kupikir tak
ada gunanya dibetulkan karena aku sudah lulus, kecuali jika aku kuliah, sungguh
kuharap aku bisa kuliah. Sakarang aku sedang menunggu pengumuman kelulusan yang
jatuh pada tanggal 26 Mei. Do’akan aku ya semoga aku lulus!
Terimakasih
Kuroshoes, Blackbery. Kalian telah menemaniku melewati masa sulit, senantiasa
melindungi kakiku, kalian teman terbaikku. Sekali lagi terimakasih ^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar