Minggu, 31 Mei 2020

Dream pararel #1: tante pelakor

Hai guys 🙋
Jadi ini adalah cerita lawas aku tentang mimpi-mimpi yang pernah kualami.
Dari dulu aku memang hobi dan demen banget ngumpulin kisah kayak gini di diary aku. Rasanya seru aja menjelajahi mimpi. Seperti petualangan antar dimensi gitu. Hehehe (ketauan kebanyakan nonton film 😂)

Semua mimpi bervariasi dan nggak ada yang sama.

Untuk mimpi ini, aku alami di tahun 2019 waktu lagi tidur siang. Awalnya aku merasa ini cuma mimpi biasa. Tapi setelah nemu suatu artikel di brightside.com. Entah kenapa seperti ada makna khusus yang ingin disampaikan otakku ke aku. Baca aja tulisanku sampai akhir. Nanti ada link menuju artikel yang kumaksud.

Mimpi yang kualami ini tentang tante pelakor. Kayak di drakor 'The World of Mariage' 😂
Ya udah. Langsung simak aja ceritanya. Cekidot 👇

Aku sering bermimpi aneh yang terasa sangat nyata dan memiliki alur cerita yang lengkap. Rasanya kayak beradda di dimensi yang berbeda tapi sama, semacam dunia pararel gitu.


Jadi, siang ini aku bermimpi kami sekeluarga menempati rumah yang baru. Rumah itu besar, tapi belum sempurna selesai, karena tangga menuju lotengnya belum bisa di akses secara aman.

Dalam mimpiku ini, rumah baruku ini seperti rumah lamaku yang ada di Pekalaongan, di belakang SMP. Cuma bedanya rumah itu besar, lebih besar dari rumah masa sekolahku yang bentuknya letter L.

Rumah dalam mimpiku ini mewah, sekitar 3 lantai termasuk loteng, dan bercat putih, seperti rumah masa sekolahku itu tapi catnya lebih polos dan merata, sehingga ruangan terlihat terang.

Entah bagaimana ceritanya, datang segerombolan tante-tante cantik ala kota metropolitan yang berpenampilan ala sosialita tapi kayak tokoh antagonis dalam sinetron yang datang ke rumahku tanpa dikomando dan tanpa diundang.

Alasan mereka datang ke rumahku adalah karena mereka diundang untuk syukuran rumah baru.

Aku sendiri nggak ngerti, nggak jelas siapa yang mengundang mereka, yang pasti karena tamu sudah datang, keluargaku menyambut baik tamu yang datang melihat rumah.
Mereka semua ribut memuji dan membicarakan betapa bagusnya rumah pak Mul yang baru dibangun itu, meski belum sempurna selesai.

salah seorang tante-tante yang masih muda, cantik (dan sepertinya belum punya anak atau baru punya anak yang masih kecil), dengan rambut di cat dan dandanan sedikit berlebihan, agak mirip artis Vega Ngatini, paling sering menjilat dan banyak omong.
Dia bilang rumahku ini bagus, tapi sayangnya nggak ada AC nya, sehingga dia mengeluarkan kipas lipat berwarna pink, sepink blazer yang satu set dengan roknya dan mulai mengipas-ngipasi dirinya.

Ayahku bilang dia merasa nggak perlu AC karena daerah ini menurutnya sudah sejuk. Maklum, kami berasal dari daerah yang panas dan kering bernama Kampar, sehingga Pekalongan terasa sejuk bagi kami.

Aku nggak tahu entah mulai dari kapan, sedikit banyak aku mulai menyadari bahwa kejadian ini adalah mimpi. Aku mulai mencermati rumah dan melihat ke sekeliling.
Sambil tetap keep eye ke tante gatel itu, aku mulai mencermati seluk-beluk bangunan yang belum pernah kumasuki, namun familiar buatku. Mungkin bisa dibilang aku sedang mengalami mimpi 'sadar' atau mungkin yang biasa disebut orang lucid dream.

Saat ibuku menyuguhkan panganan lezat ke para tamu, dan para tamu sibuk menikmati hidangan dan ngobrol dengan ibuku.
Tante gatel itu mulai merengek atau merayu ayahku untuk mengajaknya berjalan-jalan menjelajahi rumah. Dengan genit dia mengamit lengan ayahku dan mereka berjalan melakukan tur rumah. Di situ aku agak gregetan karena ibuku terlalu sibuk melayani tamu dan merasa terlalu nggak sopan untuk meninggalkan mereka untuk mengikuti pelakor itu. Mungkin ibuku khawatir kesannya ibu jadi seperti terlalu mendramatisir keadaan, takut terlalu over protektif ke ayah.

Ayahku di ajak wanita gatel itu juga mau-mau aja dan kelihatannya malah senang. Sehingga mau tak mau aku ikut mengawasi mereka.
Sambil mengawasi gerak-gerik tante ini, aku juga sambil mengawasi rumah dalam mimpiku ini.

Seperti yang tadi kubilang, catnya putih dan lantainya tiga terrmasuk loteng. Tangga menuju loteng berupa kayu, mengingatkanku pada kayu menuju balkon dalam ruang di gedung besar di RC Solo. Rumah itu seperti kombinasi rumah nenekku dan rumahku sendiri. Bahkan ada beberapa perabotan yang familiar, seperti TV tabung layar cembung yang dulu kami miliki dan vas bunga plastik dengan bunga mawar sedotan plastik yang kubuat dengan ibuku waktu aku kecil, bertengger di atas TV yang terakhir aku lihat lima tahun yang lalu.

TV jadul itu juga terletak di atas meja TV rumah lamaku. Tapi yang namanya mimpi, pasti ada keganjilan dan ketidak sempurnaan karena mimpi adalah rangkaian dari susunan kumpulan memori yang disimpan otak sebelum tidur, baik memori terbaru ataupun memori lama dan diarsiteki oleh otak kita, mungkin bagian alam bawah sadar. seperti menyusun puzzle baru dari sekumpulan sepotong puzzle yang diambil dari puzzle utuh sehingga terbentuk puzzle yang sama sekali berbeda.

Dalam mimpiku ini keganjiannya adalah ada lift di belakang TV. Mengapa ada lift dibelakang TV? Atau maksudku, kenapa ada TV di depan pintu lift, kan itu menghalangi orang masuk?

Tante genit itu memegang perabot-perabot dan terus memuji-muji dan memberikan saran menurut seleranya seolah-olah rumah ini adalah miliknya padahal sarannya yang nggak penting, seperti "mas Mul, gagang pintu ini kok warnanya emas, sih? Menurutku harusnya pake emas asli, biar lebih kinclong."kata si tante genit dengan manjahhhh, sambil mengamit lengan ayahku.

"Kalo pake emas beneran nanti dicuri maling dong!" Kelakar ayahku.
"Nggak pa pa, uang mas Mul kan banyak."Dari situ aku bisa melihat bahwa tante ini sangat matre dan menginginkan uang ayahku. Tipe mamah muda yang pelakor bangetlah.

"OI! Jangan pegang-pegang ayahku!" kataku galak.
"tadi aku hampir jatuh, makanya aku pegangan. Maklum tante belum terbiasa sama sepatu baru."
"Alah! Nggak usah banyak alasan!"jawabku panas.
"Ihh.. mas Mul, anakmu galak."kata si tante sambil pura-pura takut.
"Amel jangan-galak-galak dong sama tante..."
Tapi aku tak peduli dengan apa kata ayah. Aku langsung melengos menuju tangga loteng. Letaknya nggak begitu jauh dari kedua orang itu, jadi aku masih bisa sambil mengawasi mereka.

Dalam mimpiku ini nggak jelas dari mana keluargaku bisa membangun rumah baru yang terbagus dari rumah-rumah yang pernah kita bangun. Tapi aku merasa dalam mimpiku ini ibuku mendapat warisan dari kerabatnya, dan dengan warisan itu kami pindah sekeluarga dan mambangun rumah termegah yang pernah kami bangun dalam hidup kami.

Jadi, rumah ini bukan hasil dari usaha ayahku yang naik-turun. Tapi kurasa tante matre itu mengira rumah ini ayahku yang membangun, sehingga mungkin dia berasumsi bahwa ayahkulah yang memiliki banyak uang dan ia  mencoba mengambil-alih suami ibuku untuk menguasai hartanya.

Dan karena asumsiku ini juga aku merasa wajar ibu tenang-tenang saja ayahku di ambil alih selama acara syukuran, karena jika ayahku selingkuh, mereka tak adapat apa-apa karena ibuku yang memiliki harta ini, ibuku yang kaya.

Aku melihat tangga kayu kecil menuju loteng. Saat mengadah aku bisa melihat ada balkon kayu menuju ruang loteng ala film-film barat. Bahkan balkon itu terhubung dengan lift, sehingga untuk menuju loteng ada dua opsi, melalui tangga atau melalui lift.

Keganjilan kedua dalam mimpi muncul. Aku tak bisa menaiki tangganya sama sekali, seolah-olah ada kuasa tak terlihat yang mencegahku naik ke atas.

Sebagai gantinya ada informasi yang masuk ke otakku bahwa tangga kayu ini masih baru dan belum aman untuk dilalui. Masih dalam pekerjaan tukang. Atau bisa jadi ada informasi dari dunia nyata berupa fakta bahwa aku disabilitas masuk ke dalam mimpiku karena pada permulaan mimpi aku selalu bermimpi sebagai orang yang sehat dengan kondisi fisik yang baik.

Sampe sini aja ceritanya. Abis itu aku terjaga setelah semua syarat bangun secara internal terpenuhi.

Ini link artikel yang kumaksud 👇
https://brightside.me/inspiration-psychology/psychologists-explain-things-we-all-see-in-dreams-and-its-better-not-to-ignore-them-677860/amp/

Coba baca deh point nomor 10. Kurasa itu ada korelasinya dengan mimpi semacam ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar